Gubernur Bank Indonesia
(BI), Darmin Nasution, menegaskan, dalam kurun satu tahun ke depan,
dampak positif kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi
akan mulai terasa.
Bahkan kebijakan ini diyakini akan mampu
menciptakan surplus neraca pembayaran dan penguatan nilai tukar rupiah.
"Dampak kenaikan harga BBM jangan dilihat dari jangka pendek dua-tiga
bulan, karena dampaknya pasti negatif dengan adanya inflasi," kata
Darmin di Kantor Menteri Dalam Negeri Jakarta, Senin (06/05/2013).
Menurut
Darmin dalam waktu setahun atau dua tahun, kebijakan tersebut akan
terus mengarah pada surplus neraca pembayaran dan penguatan nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing. "Hal ini karena neraca pembayaran akan
terus membaik, sehingga tekanan terhadap nilai tukar rupiah bisa
berkurang dan persepsi negatif dari pasar akan berkurang atau menjadi
lebih baik," katanya.
Dengan demikian, jelasnya, ketika mengkaji
kenaikan harga BBM perlu untuk membedakan dampak yang akan muncul secara
jangka pendek dan panjang.
"Artinya, kalau setahun atau lebih,
dampaknya akan bagus. Tetapi, kalau dilihat dua atau tiga bulan, tentu
tidak terhindarkan dampak negatifnya. Itu dinamika masalah ekonomi, dua
atau tiga bulan berpengaruh negatif, habis itu ada perbaikan ekonomi,"
tuturnya.
Menurutnya, BI telah menyiapkan sejumlah kebijakan untuk
menyikapi keputusan pemerintah soal pengendalian konsumsi BBM. Selain
itu, ada juga kebijakan BI yang mengacu pada respons masyarakat dalam
menghadapi kebijakan pemerintah nantinya.
"Tentu kenaikan BBM kan
akan menaikkan inflasi, cuma seberapa besarnya kami mempunyai perkiraan
itu. Tetapi, kenaikan harga BBM itu bukan sesuatu yang mengkhawatirkan
dalam jangka waktu dua tiga bulan dan BI pasti sudah menyiapkan policy
untuk menghadapi itu," katanya.